PM Israel Ariel Sharon hari ini Kamis 7 Februari
bertolak ke Washington untuk menemui Presiden AS
George W. Bush. Ini adalah kunjungan Sharon yang
keempat kalinya ke AS sejak dia menjabat PM Israel
pada tahun 2001. Pertemuan Bush dengan Sharon di saat
dia enggan ditemui Ketua Otoritas Palestina Yaser
Arafat terjadi justru ketika pemerintah Washington
masih menganggap dirinya sebagai mediator yang tak
berpihak dalam kemelut Palestina.
Selain itu, sambutan Washington terhadap kunjungan
Sharon juga terjadi manakala aksi kekerasan terhadap
rakyat Palestina oleh Sharon semakin menggila sehingga
terus dikutuk oleh masyarakat dunia. Di mata publik
internasional, Sharon tak lain adalah sosok penjahat
perang, dan karenanya berkas perkara Sharon yang
menjadi otak tragedi pembantaian massal di kamp Sabra
dan Shatila, Libanon, pada tahun 1982, hingga sekarang
masih dikaji di Pengadilan Belgia. Kepergian sang
penjahat kelas kakap ini ke Washington tentu
dimaksudkan untuk mendapat dukungan lebih besar dari
AS atas kekerasan rezim Zionis terhadap rakyat
Palestina. Sharon ingin mendesak para petinggi
Washington agar menambah tekanannya terhadap
negara-negara yang menentang ekspansi Israel di
Timteng.
Sambil memanfaatkan panasnya suhu politik dunia pasca
tragedi 11 September AS, sejak beberapa bulan silam,
rezim Zionis Israel gigih menerapkan berbagai macam
trik untuk menjadikan aliansi anti terorisme pimpinan
AS sebagai sarana untuk menyukseskan politik-politik
ekspansifnya di Timteng. Kasus pencegatan kapal yang
diklaim Israel mengangkut senjata untuk orang-orang
Palestina adalah satu kasus buatan yang didramatisir
regim Tel Aviv untuk mengelabui persepsi para pejabat
AS tentang fakta-fakta di Palestina Pendudukan.
Konspirasi Israel semacam ini pernah beberapa kali
terjadi sebelumnya, diantaranya ialah kasus yang
terjadi tahun 1967 dimana sejumlah jet tempur AS
tiba-tiba menyerang kapal perang Liberty milik AS di
perairan pulau Sina. Akibatnya, banyak awak kapal AS
yang tewas dan cidera. Rupanya, serangan ini
dimaksudkan untuk menyalahkan negara-negara Arab agar
AS mendukung aksi kaum Zionis menduduki tanah-tanah
secara lebih luas.
Berbagai macam ulah Israel dalam mendistorsikan fakta
praktis mengganggu keamanan dan stabilitas
internasional sehingga dikecam oleh negara-negara
Eropa. Sementara itu, campurtangan Washington dalam
berbagai persoalan Timteng dengan cara-cara yang hanya
menuruti kemauan Israel tentu tidak menelorkan citra
yang baik untuk AS. Karenanya, jika cara-cara ini
masih saja dipraktikkan AS, bisa dipastikan bahwa
kredibilitas negara ini dalam pergaulan internasional
akan semakin terpuruk.