Bahagian 3
Al-Quranul Karim melindungi Muhammad Fatah
Ghautsullah bercerita kepada saya. Katanya, "Peluru mengenai dada Muhammad
Fatah. Lalu ia melompat seraya berkata, "Aku terkena tembakan". Salah
seorang mujahid yang ada di sebelahnya memeriksa dadanya, ternyata peluru itu hanya
mengenai kulit luar Al-Quranul Karim yang ada di kantongnya".
Pertempuran Dauaab
Abdullah Khamus, alumni Universitas Islam di Madinah, dan salah seorang
tokoh Al-Hizbu Islami di daerah Herat bercerita dengan disaksikan Najibullah,
Khalifah Subhan, Komandan Umum Al-Hizbu Islami. Mereka bersumpah bahwa pada
tanggal 10 Januari 1986 terjadi pertempuran antara pasukan Rusia (yang
berkekuatan 650 tank, ditambah sekitar 1000 kendaraan berbagai jenis) dengan
pasukan kaum mujahidin yang berjumlah sekitar 400 orang. Pertempuran sengit
itu berlangsung selama 7 hari dengan kerugian di pihak musuh 334 orang kafir
tewas, 25 buah tank hancur, 113 orang tertawan, dan 64 pucuk senjata
Klashenkov berhasil dirampas. Sedangkan korban di pihak mujahidin berjumlah
5 orang yang gugur, dan 20 orang cedera.
Kami tidak tahu bagaimana kami bisa selamat
Khalifah Subhan selanjutnya bercerita kepada saya. Katanya, "Kami berjumlah
4 orang memasuki Herat dan menembaki tiga mobil intelijen musuh. Lalu kami
melarikan diri ke perkampungan yang ada di sekitar taman itu. Kami dikepung
ketat oleh tank musuh, namun kami berhasil meloloskan diri. Kami tidak tahu
bagaimana kami bisa selamat".
Satu peluru anti tank menelorkan kemenangan
Maulawi Syah muhammad dari Aurghun Paktia berkata kepada kami. Katanya,
"Kami terdiri dari 8 mujahidin yang tengah diserang oleh dua tank musuh dan sebuah
kendaraan lapis baja. Kami menembakkan semua senjata yang ada pada kami
sehingga hanya tinggal sebuah peluru anti tank saja. Kami bermunajat kepada
Allah Ta'ala yang menentukan segalanya. Kami berdoa : "Ya Allah, Ya Rabbul
Ardhi was-samawati, ya Rabbul 'alamin! Janganlah Engkau beri kesempatan
kepada orang-orang kafir itu untuk menaklukkan kami. Ya Allah, kami hanya tinggal
memiliki sebuah peluru anti tank saja. Menangkanlah wali-Mu dalam melawan
wali thaghut". Lalu kami menembakkan peluru itu, dan ternyata langsung
menghancurkan tank tersebut. Lalu mereka mengangkat bendera putih tanda
menyerah. Demikianlah, dengan ijin Allah kami berhasil menaklukkan dan
menawan mereka semua. Dua hari kemudian kami berhasil menaklukkan benteng musuh.
Benteng mujahidin merupakan tempat perlindungan
Komandan Abdul Jabbar dari Syulgher, Ghazni, bercerita kepada saya bahwa
benteng Kanshaf pada mulanya berada di tangan milisi komunis. Kemudian kaum
mujahidin berhasil menaklukkannya. Sejak tujuh tahun yang lalu, pesawat
terbang musuh berusaha menggempur benteng itu, tetapi hingga kini benteng
itu tetap utuh. Sementara desa-desa di sekitarnya hancur luluh akibat keganasan
pesawat terbang musuh. Kini kaum wanita, anak-anak, dan kaum mustadh'afin
sudah benar-benar menyadari karramah benteng itu, hingga kalau ada serangan
udara, mereka cepat-cepat berlindung di dalam benteng tersebut. Selanjutnya
Abdul Jabbar berkata, "rumah saya ada di sebelah benteng itu, namun saya dan
sanak keluarga saya Alhamdulillah selamat berkat perlindungan Allah Rabbul
'alamin".
Pasukan komunis tidak memasuki kamar Abdul Jabbar
Selanjutnya Abdul Jabbar berkisah, "Pasukan tank musuh mengepung desa tempat
saya berada dengan kepungan yang ketat sekali. Akhirnya saya diam saja di
dalam kamar, seraya berdoa : "Ya Rabb, saya duduk di dalam kamar ini dan
Engkau satu-satunya Pelindungku. Engkau Maha Pengasih dan Penyayang kepada
hamba-Mu yang lemah ini". Subhanallah, pasukan komunis itu memasuki dan
menggeledah seluruh rumah penduduk, kecuali kamar tempat saya sembunyi!"
Anjing tidak menggonggong kepada mujahidin
Abdul Jabbar berkisah lain. Katanya, "Di desa Marya ada seorang tokoh
komunis. Rumahnya dijaga oleh seekor anjing galak sehingga sulit diperhitungkan
seseorang yang memasuki rumahnya akan selamat dari serangan anjing itu. Pada
suatu hari, Faidhanullah memasuki rumah itu hendak membunuh tokoh komunis
tersebut. Ternyata anjing itu tidak menyalak sedikitpun. Faidhanullah
berhasil membunuh tokoh komunis itu dan dia melarikan diri dengan sepeda motor.
Tiba-tiba anjing itu mengejarnya, maka Faidhanullah menembakinya. Tetapi
anjing itu mengejarnya bukan untuk mengigitnya, namun untuk mengikutinya.
Hingga kini anjing itu selalu mengikuti Faidhanullah, seolah-olah ia
berganti majikan".
Seorang mujahid yang mendapat tikaman bertubi-tubi
Syaifullah dari Baghman bercerita kepada kami. Katanya, "Telah terjadi
pertempuran tidak seimbang antara kaum mujahidin dan kaum komunis. Dalam
pertempuran itu kaum mujahidin gugur, tinggal seorang. Seorang mujahidin
yang masih hidup itu berpikir, "Jika hendak melawan tidak mungkin, mau melarikan
diripun rasanya sulit". Akhirnya ia pun merebahkan diri di tengah-tengah
para mujahidin lainnya. Ia melumuri dirinya dengan darah rekan-rekannya. Tidak
lama kemudian orang kafir itu datang dan menikami para Syuhada itu satu persatu,
seolah-olah hendak membalas rasa dendamnya, termasuk mujahid yang
berpura-pura syahid itu. Namun hingga kini ia masih hidup, berkat ijin Allah Ta'ala.
Orang-orang datang hendak memindahkan para Syuhada itu ke pemakamannya.
Tiba-tiba mereka mendengar rintihan seorang mujahid yang pura-pura syahid
itu. Dengan demikian selamatlah dia dari kematian dengan menakjubkan sekali.
Awan melindungi para mujahidin
Qadhi Ghulam Rabbani bercerita kepada kami. Katanya, "Kami se-peleton
mujahidin. Pada waktu itu musim panas. Kami diserang pesawat tempur musuh.
Kami yakin tidak ada jalan untuk melarikan diri atau bersembunyi. Tetapi
tiba-tiba awan memayungi kami dan turunlah hujan lebat, padahal tidak
terdapat awan di langit, selain yang ada di atas kami. Hal ini memberi kesempatan
kepada kami untuk mengundurkan diri dan selamat dari serangan pesawat
musuh".
Pengecutnya kaum komunis
Abu 'Ubaidah telah bercerita kepada saya. Katanya, "Kami berhasil memasuki
Aurghun dengan sebuah tank, sedangkan kaum komunis memiliki meriam 120mm,
RBG-7, dan 50 buah senjata anti-tank 106mm. Kami berhasil memasuki tiga dari
empat kubu pertahanan musuh, dan di dalam kubu keempat (menurut pengakuan
pasukan musuh yang menyerah) ada 17 pasukan Uni Soviet". Selanjutnya Abu
'Ubaidah berkata, "Kami berhasil menangkap kaum komunis itu hidup-hidup di
dalam kubu mereka. Mereka menggigil ketakutan melihat kami, padahal senjata
Klashenkov dan selongsong pelurunya ada di sebelahnya".
Wawancara dengan mujahid terkenal
Muhammad Syadim, putra paman Arsalan dari Aurghun di Paktia bercerita kepada
saya. Katanya, "Lima selongsong peluru sudah saya habiskan, tetapi kemudian
semuanya berisi kembali, entah bagaimana?" "Lalu ada roket musuh ditembakkan kepada kami, namun roket itu kembali menghantam kubu penembaknya".
T: "Saudara Syadim, sejak kapan anda berjihad?"
J: "Sejak pemerintahan Taraqi pada tahun 1973"
T: "Kenapa anda ikut berjihad?"
J: "Kami berjihad untuk memerangi kaum komunis, musuh agama Islam, karena
mereka hendak memadamkan cahaya (nur) Allah. Kami bertekad akan memeranginya sepanjang hidup kami"
T: "Apakah anda yakin akan dapat mengalahkan Rusia?"
J: "Insya Allah, kami yakin akan dapat mengalahkan mereka"
T: "Apa tanda-tanda keyakinan atau kemenangan yang anda yakini itu?"
J: "Kami melihat di seluruh medan perang Afghanistan adanya karramah
(supernatural) yang mendukung jihad kami. Ini berarti jihad kami diridhai
Allah Ta'ala"
T: "Tolong anda jelaskan kepada kami sebagian dari keramat yang anda
ketahui, selain dari yang anda telah ceritakan. Apakah anda bersedia menyatakan
sumpah atas kebenarannya?"
J: "Ya, saya bersedia"
Muhammad Syadim lalu berkisah. Katanya, "Kesatuan kami dihujani bom selama
sepuluh jam, namun di antara kami tidak ada yang cedera. Selain itu di lain
waktu dalam pertempuran, kekuatan musuh di front sebanyak 18.000 orang,
sedangkan kekuatan pasukan kami hanya 12 orang. 7 orang di antara kami gugur
syahid, namun walau begitu kami masih mampu bertahan selama dua hari, dan
Alhamdulillah, dalam kondisi demikian pun kami berhasil membakar dua tank
serta meledakkan 4 tank lainnya dengan ranjau. Lalu pada hari ketiga datanglah
bala bantuan dari pasukan Haqqani dan Arsalan"
T: "Bagaimana hasil akhir dari pertempuran itu?"
J: "Dengan ijin dan pertolongan Allah Ta'ala, pada hari pertama, kami
berhasil membunuh seratus orang pasukan musuh, merusak 6 buah tanknya, dan pada hari berikutnya kami berhasil menghancurkan banyak tank lainnya, tetapi kami tidak tahu berapa banyak pasukan musuh yang tewas atau cedera".
Keberanian ahli Al-Quran
Asadullah, Panglima Kamp Usamah bin Zaid di Konar bercerita. Katanya, "Pada
waktu itu Sheikh dan guru kami, Muhammad Amin Malkazi berada di tepi sungai
Konar, dekat desa Basyt (Moskoa kecil). Tiba-tiba peluru mortir musuh berjatuhan di sekitar Sheikh, tetapi beliau tenang-tenang saja sehingga membuat para pemuda yang ada di situ merasa malu untuk melarikan diri. Namun Ja'far, salah seorang pemuda yang ada di situ pada waktu itu bersembunyi setelah dua mortir jatuh tidak jauh dari tempatnya. Asadullah bin Muhammad Amin berlindung sesudah empat buah mortir berjatuhan di sekitarnya. Tetapi Sheikh Muhammad Amin, yang tatkala itu sedang membaca Al-Quranul Karim tidak bergeser dari tempatnya, meskipun tempat duduknya tidak terlindung dan meskipun di tempatnya tersebut berjatuhan sebelas mortir, bahkan mortir yang jatuh terakhir hanya setengah meter dari tempatnya duduk. Para pemuda yang melihatnya ketakutan, sementara Sheikh tetap tenang-tenang saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tak lama kemudian Sheikh selesai membaca Al-Quran, tetapi mulutnya masih mengulang-ulang beberapa buah ayat. Para pemuda bertanya kepada beliau, "Mengapa Sheikh tidak melarikan diri dan bersembunyi?" Sheikh menjawab, "Saya malu kepada Allah Ta'ala jika para malaikat melapor kepada-Nya dengan perkataan, "Hamba-Mu si Fulan melarikan diri ketika sedang membaca Al-Quranul Karim".
Kisah ini mengingatkan kami kepada Al-Barra' bin Malik yang berkata kepada
para sahabat Rasulullah SAW dalam Perang Yamamah, "Aku adalah ahli Al-Quran
yang paling buruk jika aku melarikan diri dari musuh". Lalu pada peperangan
tersebut Al-Barra' yang dianggap sebagai pemegang panji minta digalikan
tanah dan dia menanamkan kedua kakinya di sana agar tidak bisa melarikan diri dan
bergeser dari tempatnya. Demikianlah keberanian ahli Al-Quranul Karim.
Allah memberi rezeki tanpa diduga-duga
Allah SWT berfirman: ".Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia
akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya." (QS Ath-Thalaaq:2-3)
Asadullah, Faruq, dan Sami'ullah bercerita kepada saya. Katanya, "Kami
mengadakan serangan ke desa Basyt yang dikuasai kaum komunis. Kekuatan kami
terdiri dari 70 orang mujahidin. Sesudah operasi usai, ternyata tidak seorang
pun dari kami yang tewas atau cedera. Namun tenaga kami rasanya habis
terkuras, dan laparnya tidak tertahankan lagi karena kami sudah dua hari
tidak makan. Mau kembali ke kamp rasanya sudah tidak sanggup lagi. Akhirnya kami
berdoa kepada Allah Ta'ala supaya kami diberi rezeki dari sisi-Nya. Seusai
berdoa, Jul Ar-Rahman pergi mencari air minum. Sewaktu tengah mencari air
minum dia menemukan sebuah pinggan tertutup, maka dibawa pulanglah pinggan
tersebut. Kami membuka pinggan itu dengan pisau, dan ternyata pinggan
tersebut berisi keju sapi. Kami sempat merasa khawatir kalau-kalau keju itu beracun.
Lalu Hasyim berkata, "Biarlah saya yang memakannya dahulu. Kalau saya mati,
kalian jangan memakannya." Lalu Hasyim memakan keju itu, dan ternyata tidak
apa-apa. Maka kami semua memakannya, dan kami benar-benar bersyukur atas
karunia dan kemurahan Allah Ta'ala itu".
Singa Konar, Asy-Syahid Jul Ar-Rahman
Seorang pemuda belia yang baru berusia 18 tahun atas ijin Allah telah
membunuh lebih dari 50 orang komunis dalam sehari. Ia memulai perang jihadnya sejak umur 10 tahun hingga tahun 1986. Sukses pertamanya di medan perang ialah
menanam ranjau dan berhasil menghancurkan tank musuh. Pada waktu itu usianya
masih 10 tahun. Jul Ar-Rahman adalah singa yang bertubuh manusia. Asadullah,
Komandan Kamp berkomentar tentang Asy-Syahid, "Belum pernah saya melihat
seorang mujahid di Afghanistan yang lebih berani dari Jul Ar-Rahman".
Pada suatu hari ia berhasil menawan seorang tokoh komunis. Lalu ia berkata
kepada tawanan itu, "Saya lelah, gendonglah saya". Tawanan itu lalu
menggendongnya hingga setengah perjalanan. Lalu Jul Ar-Rahman turun dari
gendongan dan menembak tokoh komunis itu. Pada hari kedua, di bulan April
1986, kaum komunis mengadakan serangan dahsyat ke Kamp Usamah bin Zaid dan
berhasil mendudukinya. Namun para singa mujahidin itu tidak sudi meninggalkan
kedudukannya di puncak kampnya. Lima tokoh pemberani kamp itu, yakni
Asadullah, Jul Ar-Rahman, Ja'far, Syir Muhammad, dan Mustaqim bertahan
menghadapi pasukan Rusia".
Mereka mulai membersihkan kamp dari orang-orang kafir Rusia, dari satu
puncak ke puncak lainnya, sehingga kaum komunis berhasil dihalau semua. Pada puncak sebuah pegunungan, ketika Jul Ar-Rahman sedang melempar granat, ia terkena tembakan yang menewaskannya. Namun dari jarak 20 meter musuh melihatnya seperti seorang yang sedang melempar sesuatu ke arah mereka sehingga mereka tidak berani mendekatinya.
Asadullah selanjutnya bercerita, "Jul Ar-Rahman tewas sewaktu shalat Ashar.
Sesudah shalat Maghrib, sekitar 4 jam kemudian, kami datang hendak
membawanya. Namun ia tetap saja seperti orang yang sedang melempar granat, badannya tidak jatuh telentang atau tengkurap, seperti halnya orang yang mati tertembak. Kami merebahkan tubuhnya. Ia terlihat seperti seorang yang tidur, sementara wajahnya cerah, kedua bibirnya seolah-olah tersenyum manja. Belum pernah saya melihat seorang Syahid seperti dia. Semoga Allah mengampuni Singa Konar itu, dan memberikan kami gantinya yang lebih baik, lebih berani, dan lebih taat dari Asy-Syahid.
Singa Kaum Anshar dari Pakistan
Syaiful Islam bercerita kepada saya. Katanya, "Saudaraku seiman dan seislam,
Nasrullah Manshur adalah seorang pelajar, keluaran Sekolah Pendidikan
Al-Quranul Karim di desa Maltsaman. Dia seorang mujahid sejak empat tahun
lalu. Pada tanggal 4 Mei 1986, Nasrullah sedang mengendarai mobil rampqsan
perang dari Paktia yang mengangkut keperluan logistik ke Spidar Nari. Setiba
di Spidar Nari, ia mendengar deru pesawat terbang, lalu ia memerintahkan
kedua saudaranya, Husein Ahmad dan Muhammad Najid supaya mendaki gunung yang ada di sisi jalan untuk mengamati pesawat itu. Setiba di puncak gunung, keduanya melihat pesawat itu sedang mendaratkan pasukan. Maka kontak senjata pun tidak bisa dielakkan antara Nasrullah yang hanya bersenjatakan Klashenkov dan RBG. Ia menembaki pasukan musuh dan kedua pesawat yang mendaratkannya. Namun pesawat itu menghujaninya dengan tembakan membabi buta, sehingga di dekat matanya terkena beberapa buah tembakan peluru Dushka hingga tembus ke bawah telinganya. Pahanya pun tertembak sehingga memecahkan tulang pahanya , dan pundaknya terkena pecahan mortir. Musuh berusaha untuk menangkapnya dalam keadaan hidup, namun Nasrullah berusaha melawan mati-matian sehingga berhasil membunuh 14 pasukan komando musuh. Nasrullah luka parah dan berhasil diselamatkan, ia lalu dibawa ke rumah sakit di Peshawar untuk mendapatkan perawatan.
Karramah di berbagai pertempuran di Jajee, Ramadhan 1406H
1. Sekawanan burung melindungi kami!
Saya melihat dengan kedua mata kepala saya di Jajee, musuh ganas sekali
menyerang kami, sehingga memaksa kami berlarian mencari perlindungan di
balik pohon untuk menghindarkan diri dari tembakan dan pecahan bom musuh. Al-Amir Sayyaf berkata kepada saya, "Lihatlah, ada sekawanan burung terbang di bawah pesawat tempur musuh". Pada hari kedua, saya melihat pesawat terbang musuh datang lagi. Saya melihat benda hitam di bawahnya, lalu saya mengingatkan kawan-kawan, "Bersembunyilah, pesawat musuh sedang menghujani kita dengan bom". Mereka berkata, "Yang ada di pesawat terbang musuh itu adalah burung-burung "mujahidin" berseragam hitam!"
2. Angin kencang datang tatkala diserang musuh
Kaum mujahidin dihujani peluru dan bom musuh yang beratnya sekitar satu ton
sehingga berhasil memancarkan beberapa mata air dari dalam tanah, sementara
peluru roketnya juga tidak mau ketinggalan beraksi. Pesawat-pesawat terbang
musuh juga banyak yang menurunkan pasukan komandonya di puncak-puncak
gunung. Mereka menaburi Kamp dan jalan-jalan yang biasa dilalui kaum mujahidin
dengan ranjau-ranjau dan bom waktu, yang setiap saat bisa meledak dengan dahsyat.
Pada waktu itu kaum mujahidin merasa terjepit benar, persis seperti yang dilukiskan Al-Quranul Karim : "(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat" (QS Al-Ahzab:10-11)
Pada saat-saat sulit dan mengerikan itu, rahmat Ilahi datang dengan
mengirimkan angin kencang yang sebelumnya belum pernah dialami oleh kaum
mujahidin. Ini terjadi pada pertengahan bulan Desember, ketika tumpukan
salju sudah mencapai ketinggian dua meter. Pada waktu itu angin menumbangkan
beberapa pohon dan menghalau dinginnya udara hingga ke daerah Peshawar,
sehingga para mujahidin bisa menyelamatkan diri. Mengenai hal ini saya jadi teringat firman Allah SWT : "Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa" (QS Al-Ahzab:25)
Orang-orang berseragam putih
Sayid Umar, Panglima Kamp Jajee, Musa Khan, Panglima Pasukan, dan wakil
Ikhlash, komandan salah sebuah front bercerita kepada saya. Katanya, "Banyak
pasukan Afghanistan yang melarikan diri ke daerah mujahidin. Mereka
bercerita macam-macam tentang apa yang dilihat dan dialami di medan laga. Salah seorang dari mereka bercerita kepada kami seolah-olah cerita khayal. Katanya, "Ketika pasukan tank Rusia sedang berderet di pusat Qarar Gha, dan pada waktu itu kami tengah berada di sekitarnya, tiba-tiba ada seorang berseragam putih menyandang senjata RBG menembaki tank-tank itu, dan hanguslah seketika empat buah tank. Kejadian itu terjadi pada pukul tiga siang hari. Sesudah melakukan tembakan, orang berseragam putih itu pergi dengan tenang dan aman. Kami memberondongnya dengan berbagai senjata otomatis, tetapi ia tidak terkena sebutir peluru pun. Sesudah dua atau tiga jam kemudian, ia pun datang kembali, lalu ia menembaki dua tank lagi. Kemudian ia mengeluarkan sebilah pisau dari pinggangnya dan menghampiri tempat berkumpulnya pasukan Rusia, lalu ia menyembelih dua orang yang ada di situ dan membawa pergi kepala mereka dengan tenang dan anggun, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Maha benar firman Allah Ta'ala : "Ya (cukup). Jika kamu bersabar dan bertaqwa, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah membantumu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda" (QS Ali-Imran:125)
Mereka bukan manusia
Jamal Nasir, Panglima daerah Aju di Badkhasyan berkata kepada saya. Katanya,
"Kami berada dalam rombongan yang hendak menuju ke Badkhasyan. Dalam
perjalanan, ketika kami melintasi Baghlan, di Dari-Walyah, kami dihadang
oleh pasukan Rusia yang besar sekali jumlahnya. Pesawat terbangnya mulai
menghujani kami dengan senapan mesin dan berbagai senjata yang mematikan. Di samping menghadapi pesawat terbangnya yang sedang mengganas itu, kami juga harus menghadapi pasukan infanterinya yang sudah mengepung mati kedudukan kami. Kami melawan kepungan musuh itu selama 12 hari. Tiba-tiba seorang utusan Rusia datang kepada kami dan menawarkan suatu cara damai. Katanya, "Kami siap membukakan jalan kepada kalian untuk meneruskan perjalanan, dengan syarat 30 tawanan yang kalian tangkap dikembalikan". Kami lalu menjawab dengan nada heran, "Kami tidak pernah menangkap seorang Rusia pun. Yang kami tahu, mereka hanyut oleh arus yang melanda lembah itu, sesudah hujan lebat beberapa hari lamanya". Dalam pembicaraan dengan kaum mujahidin itu, delegasi Rusia berkata, "Lima ratus tentara rusia tewas dan dua pesawat tempurnya jatuh, disamping itu tiga puluh pasukan hilang".Pada waktu itu orang Rusia sampai-sampai beranggapan bahwa para mujahidin bukan manusia, tetapi sebangsa jin.
Diperpanjangkan - Pensil kayu