Bahagian 2
Yang terbunuh justru mata-matanya
Ja'far, Komandan lima ratus Orang Mujahidin di Baghlan berbicara kepada kami
seraya bersumpah. Katanya, "Kami bersama lima orang mujahidin memasuki desa
Maumand, lalu tiga orang di antara kami sakit. Di desa Maumand ada delapan
puluh orang yang bergabung dengan kami. Tidak lama kemudian kami terlibat
kontak senjata dengan pasukan pemerintah, dan kami kehilangan seorang
prajurit (tewas). Sesudah kami menyiapkan segala sesuatu mengubur orang itu, kami
keluarkan isi kantongnya. Ternyata di dalamnya ditemukan kartu anggota
mata-mata pemerintah Kabul. Pada hari berikutnya, kami berhasil menawan
beberapa orang pasukan musuh. Dari mulut mereka diperoleh pengakuan bahwa
pasukan pemerintah mengetahui kedatangan kami ke daerah itu, karena laporan
mata-mata tersebut.
Dua ratus orang komunis terbunuh
Selanjutnya Ja'far bercerita dengan bersumpah atas nama Allah. Katanya,
"Saya bersama lima puluh Orang Mujahidin pergi dari Khard Kabul ke Baqhman. Selama dalam perjalanan itu kami sudah mengadakan beberapa kali operasi. Lalu, Kami pergi ke Kabul dan mengadakan tiga kali operasi di sana. Lalu kami mengundurkan diri. Ketika kami sedang mengundurkan diri, di luar Kabul kami bertemu dengan seorang pedagang sayur yang sedang menunggang keledai. Dia memberitahukan kepada kami bahwa akan segera datang kekuatan musuh. Namun karena kami sangat letih, kami tidak menghiraukan perkataannya, malah kami
sempat tertidur. Lalu kami mendapat serangan musuh yang terdiri dari 300
tank dan kendaraan lapis baja, serta 30 pesawat terbang (22 helikopter dan 8 jet
tempur). Maka kontak senjatapun tidak bisa dihindari lagi. Kami berada di
daerah terbuka, tidak ada parit atau pegunungan yang melindungi kami.
Sementara serangan pesawat terbang musuh beraksi dengan cekatan menghujani
bom dan menembak secara gencar ke arah kami. Batu-batu yang ada di sekitar kami
pecah berantakan terkena tembakan itu. Tetapi Kaum Mujahidin tidak ada
satupun yang tewas. Setelah pertempuran usai, ditemukan ada 200 prajurit komunis
yang tewas, sedangkan di pihak Mujahidin tidak seorangpun yang tewas, kecuali
saya sendiri yang terluka".
Hujan turun untuk menghalau gas beracun
Fida' Muhammad bin Daud, pengawal pribadi Sheikh Sayyaf di Baghman berkata,
"Kami bersama empat orang Mujahidin. Tiba-tiba kami diserang oleh sekitar
200 kendaraan lapis baja dan 6 pesawat tempur. Pemerintah Kabul mendapat info
bahwa Kaum Mujahidin di Baghman ada 30.000, padahal di daerah tersebut hanya
ada 30 orang Mujahidin. Tiba-tiba salah satu pesawat musuh mendarat. Kami kira ia akan menyerah kepada kami, tetapi ia malah menembaki kami dengan gencar. Kamipun berhasil menghancurkan dua buah kendaraan lapis baja. Lalu pesawat-pesawat musuh itu melemparkan gas beracun kepada kami, sehingga kami tertidur. Tiba-tiba turun hujan dan angin, padahal cuaca terang. Maka gas beracun itu terhalau, Dan kamipun terbangun. Hujan berhenti dan kendaraan lapis baja dan pesawat
terbang musuhpun pergi. Di pihak kami dan orang-orang yang membantu kami ada 12
orang yang mati syahid, sedang di pihak musuh ada 60 orang komunis.
Peluru kendali membakar kemah, namun tidak mengenai mujahidin
Perwira Umar Khandi Jur di Propinsi Baktia berkata, "Sebuah peluru kendali
musuh berhasil menghantam kemah di Jur dan membakar hangus, tetapi Mujahidin
yang ada di dalamnya tidak ada yang cedera. Kejadian itu terjadi pada 23
Syawal 1405H.
Orang-orang yang terluka wajahnya seperti bulan purnama
Selanjutnya Umar Khan bercerita dengan mengangkat sumpah. Katanya, "Pada
hari kamis tanggal 11 Juli 1985 atau 24 Syawal 1405H, ada 26 orang Mujahidin yang
terluka, dan saya melihat wajah mereka cakepnya (tampannya) bagaikan bulan
purnama. Selama dalam perjalanan ke pusat kesehatan, tidak seorangpun yang
mengeluh kesakitan"
Saya melihat cerahnya wajah si Syahid
Saya melihat seorang Syahid. Pada waktu itu saya bersama Jalaluddin Haqqani
di Paktia, perbatasan Jur, dan juga bersama dengan serombongan pemuda. Lalu
saya melihat cerahnya wajah si Syahid seolah-olah memancarkan nur/cahaya. Saya
teringat firman Allah SWT yang berbunyi: "Wujuhun-yauma idzin nadhirah".
Kami meneruskan perjalanan, lalu para pemuda itu satu sama lain bertanya,
"Apakah kalian mencium bau wanginya?" "Ya" kata yang lain, "Wangi sekali."
Di daerah Lija, masih di kawasan Paktia, saya melihat bekas jatuhnya bom
yang memancarkan mata air. Saya berkata kepada Abdul Aziz, kepala intelijen di
Lija, "Cobalah anda ceritakan kepada kami tentang keramat yang pernah anda
lihat. Dia seketika menjawab, "Apakah anda lihat lubang besar yang
ditimbulkan bom musuh? Bom itu tidak menewaskan dan mencederai seorang mujahid pun, selain seorang wartawan Perancis yang kebetulan bersama kami pada waktu itu. Selain itu lubang tersebut malah memancarkan mata air untuk kami!"
Bola api berjatuhan dari atas menimpa kaum komunis
Asy Sheikh Mahmud, putra Maulawi Sirajuddin di Wardak bercerita kepada kami.
"Pada satu ketika Kaum Mujahidin sedang menghadapi tank musuh yang berjumlah
banyak sekali. Pertempuran berjalan sejak delapan hari yang lalu. Pada malam
itu tiba-tiba bola api jatuh dari atas menimpa pasukan tank musuh, dan
terjadilah ledakan dahsyat yang memporak-porandakan pasukan tank tersebut.
Anggota tubuh manusia berserakan di sana-sini. Melihat peristiwa itu,
tank-tank yang selamat cepat-cepat mengundurkan diri dan kembali ke induk
pasukannya". Saya bertanya kepada Sheikh Mahmud Maulawi, "Bagaimana pendapat anda dengan kejadian itu?" Ia menjawab singkat, "Sama saja dengan peristiwa burung Ababil yang ada di Surat Al-Fiil. Dalam mengenang peristiwa seperti itu, renungkan pula ketika Rasulullah SAW melempari musuh-musuhnya dalam perang Badar dan Hunain dengan batu-batu kerikil dan dengan seizin Allah mengenai sasarannya.Firman Allah: "...Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar. Tetapi Allah-lah yang melempar." (QS Al-Anfaal:17)
Banyak para Syuhada yang memberitahukan saat-saat syahidnya
Selanjutnya Sheikh Mahmud berkata kepada saya. Katanya, "Banyak para Syuhada
yang menyatakan kepada rekan-rekannya, misalnya : "Hari ini adalah hari
perpisahan kami". Dengan ijin Allah dugaannya itu ditepatkan, antara lain
Abdur-Rasyid, seorang pelajar dan pejuang. Dia mengucapkan selamat tinggal
kepada saya, dengan ucapannya, "Hari ini adalah hari-hari terakhir kami".
Tiga jam kemudian, diberitakan ia gugur sebagai syuhada. Para pelajar dalam perang jihad di Afghanistan besar sekali peranannya.
Peluru menyambar sorban Yarkhan, namun tidak melukainya
Pada tanggal 15 Juli 1985, bertepatan dengan tanggal 28 Syawal 1405H, sorban
Yarkhan (pemuda berusia 20 tahun) disambar peluru roket. Peluru roket itu
meledak pada jarak dua meter dari kedudukan 15 orang Mujahidin, tetapi tidak
mencederai siapapun, hanya sorban Yarkhan bolong-bolong. Ini terjadi di
Lija, Paktia.
Seorang wanita keluar dari timbunan bangunan dua hari kemudian
Muhammad Kasymir, pengawal Front Asy Syahid Fadhlu Ahmad di Herat bercerita
kepada kami bahwa pesawat terbang musuh menggempur daerah pemukiman di
Juzra. Sesudah dua hari para Mujahidin berhasil mengeluarkan seorang wanita yang
tertimbun puing bangunan rumahnya dalam keadaan hidup.
Seorang panglima membunuh 25 orang komunis
Panglima Muhammad Zaman, salah seorang komandan di Syamkani bercerita kepada
kami bahwa sekitar bulan Ramadhan yang lalu pada tahun 1405H, telah terjadi
kontak senjata antara Kaum Mujahidin dengan orang Afghanistan yang komunis
dan kafir. Ia mendaki gunung dengan membawa senapan mesin Klashenkov. Tiba-tiba
ia melihat di sana ada 24 orang komunis. Lalu ia sapu bersih dengan senjatanya.
Mendengar tembakan gencar itu komandannya keluar, lalu Muhammad Zaman
menodongkan senjatanya, padahal pelurunya sudah habis. Ia lalu cepat-cepat
berteriak, "Berhenti!" Kemudian ia mengenalkan jati dirinya. Komandan musuh itu mengangkat kedua tangannya dan meletakkan senapan mesinnya. Muhammad Zaman cepat-cepat merampas senjata komandan itu dan menggiringnya ke pusat mujahidin, namun ia menolak. Akhirnya Muhammad Zaman terpaksa menembaknya untuk melengkapi jumlah yang tewas menjadi 25 orang.
Ular tidur bersama seorang mujahid
Nawazur, salah seorang Mujahid di Syamkani bercerita kepada kami ketika
sedang giliran jaga malam beberapa bulan yang lalu, ia menderita pusing-pusing dan
hendak tidur di tempat tidurnya (sleeping bag). Pada waktu itu ia tidak merasa
bahwa tempat tidurnya sudah ditumpangi seekor ular. Sesudah dua jam tertidur
nyeyak, ia terbangun karena ada tembakan keras dan gencar yang ditembakkan
musuh ke posisi Kaum Mujahidin. Ketika ia bangun, barulah ia merasa kakinya
menyentuh sesuatu. Ia melompat dari tempat tidurnya, dan ternyata ia melihat
seekor ular hitam besar menuruni tempat tidurnya dan ular itu keluar dari
kemahnya tanpa mengusik seorangpun. Ada salah seorang Mujahidin yang hendak
menembaknya, namun oleh Nawazur dicegah. Katanya, "Biarkanlah, ia mencintai
para mujahidin!"
Sang panglima membebaskan keluarganya
Fadhlul Hadi Tawakuli bercerita kepada kami. Katanya, "Pada suatu hari
pasukan merah Rusia menyerang Darwaz Kuf, di Badkhasyan. Para Mujahidin sudah
meninggalkan desa itu, tinggal kaum wanita dan anak-anak. Lalu pasukan Rusia
menangkap istri dan ketiga anak Panglima Maulawi Abdul Wahhab berserta istri
saudaranya, dan kemudian mereka membawa keluarga Panglima Maulawi ke
lapangan terbang Khahan, markas pasukannya. Dalam markas ini kekuatan musuh terdiri dari sekitar 3000 prajurit, dan 30-40 pesawat terbang. Tidak ada tank dan kendaraan lapis baja, karena terletak di daerah pegunungan. Semua prajurit yang ada terdiri dari bangsa Rusia. Semua fasilitas hiburan militernya tersedia, termasuk gedung teater, dan lain-lain.
Aliran listriknya pun langsung dari wilayah Rusia.
Sebulan kemudian (ini terjadi pada tahun 1983), waktu pemerintahan Presiden
Babrak Karmal, Maulawi Abdul Wahhab dengan pasukannya menyerbu pangkalan
tersebut. Ia berhasil membunuh panglimanya dan tiga orang pengawalnya, serta
tiga orang milisi komunis yang ada. Kemudian ia membawa istrinya, istri
saudaranya serta anak-anaknya. Ia juga berhasil membawa dua orang istri
pimpinan komunis yang ada di dalam rumah itu. Tetapi istri Panglima Abdul
Wahhab memohon kepada suaminya agar melepaskan kedua wanita itu, karena
keduanya sangat baik kepadanya. Lalu ia pun membebaskan keduanya.
Panglima Abdul Wahhab ini telah dua kali mengirimkan pasukannya ke pedalaman
Uni Soviet. Pertama, ia mengirimkan tiga orang mujahidin menyeberangi Sungai
Amu Darja dan meletakkan ranjau di pedalaman Uni Soviet. Akhirnya ranjau itu
meledak dan menewaskan delapan belas orang. Selanjutnya, pada pengiriman
pasukan kedua, Fadhlul Hadi berkata, "Saya bersama dengan mereka, lalu ada
mobil patroli mengawasi daerah itu di bumi Uni Soviet. Akhirnya terjadi
kontak senjata antara kami dengan mereka, dan kami berhasil menewaskan mereka semua yang berjumlah empat belas orang tentara merah. Musuh tidak melihat Muhammad Khalid Faruqi dari Aurghun berkisah kepada saya. Kisah-kisah itu antara lain :
1. Pada masa pemerintahan Daud saya keluar dari rumah pada waktu zhuhur.
Biasanya saya tidak pernah keluar rumah pada jam-jam seperti itu. Sepuluh
menit kemudian rumah saya dikepung tentara. Saya pulang kembali ke rumah
untuk meminta ijin kepada ayah, dan sesudah itu saya keluar lagi. Akan tetapi
tentara yang mengepung rumah saya tidak melihat saya, meskipun saya keluar
masuk di hadapan mereka.
2. Polisi mencari Ir.Hekmatyar dengan menggenggam fotonya. Surat jalan
Ir.Hekmatyar diperiksa oleh 30 orang, tetapi ia tidak ditangkap. Saya
kebetulan bersamanya.
3. Kami mempunyai tempat berkumpul di jaman pemerintahan Daud. Saya pergi ke
tempat itu, sementara waktu itu mata-mata musuh senantiasa mengawasi tempat
tersebut. Namun saya tidak ditangkap ketika saya keluar dari sana.
Mimpi yang sebenarnya
Selanjutnya Muhammad Khalid Faruqi berkata, "Pada umumnya kalau terjadi
penyerbuan kaum komunis, saya selalu melihatnya dalam mimpi". Bala bantuan berjatuhan kepada para mujahidin Seorang pemuda Arab bercerita kepada saya. Katanya, "Suatu ketika kaum
mujahidin mengepung pasukan musuh di Mizari Syarif. Kebetulan Asadullah (Abu
Asied) bersama dengan mereka. Kaum komunis terkepung ketat, sampai makanan
mereka yang ada habis. Akhirnya mereka minta bala bantuan dari pusat. Tak
lama kemudian, pesawat pengangkut musuh datang menurunkan makanan dan obat-obatan kepada rekan-rekannya. Tetapi ternyata makanan dan obat-obatan yang diturunkan dengan parasut itu 88 buah peti jatuh di tempat para mujahidin, dan yang 12 peti jatuh di tempat tentara komunis".
Pertempuran di Zabruk
Muhammad Hasan, Komandan Jadran di Aurghun berkata kepada saya. Katanya,
"Setelah pertempuran sengit dengan pasukan musuh selama seminggu, maka
peluru senjata kami pun habislah. Tiba-tiba pesawat terbang musuh mengirim bala
bantuan melalui parasut kepada rekan-rekanya. Tetapi ternyata berpeti-peti
peluru dan mesiu itu diterbangkan angin ke kubu Kaum Mujahidin". Haqqani
berkata, "Saya melihat sendiri dengan kedua mata saya ini!"
Bau wangi sang Syahid
Saya (Abdullah Azzam) membawa surat yang diambil dari kantong Asy-Syahid
Abdul Wahid, Panglima Baghman yang tewas setelah Idul Adha tahun 1405H. Surat yang terkena darah si Syahid itu wangi sekali baunya, meskipun sudah dua bulan surat itu ada di tangan saya sejak dia tewas". Surat yang terkena darah Yahya Siniyor, seorang mujahidin Arab berada di tangan Abdul Hasan Al-Madani lebih dari dua bulan. Namun bau wanginya masih tetap. Lalu sebagiannya ia kirimkan kepada keluarganya supaya mereka juga dapat membuktikan sendiri bau wanginya itu.
Bau wangi para Syuhada, dan bau busuk kaum kafir
Ghulam Muhyiddin dari Wardak bercerita bahwa pada bulan Ramadhan 1404H,
kebetulan pada musim panas, telah tewas sebagai syuhada 15 orang mujahidin.
Selama tiga bulan mereka berada di udara terbuka, kepanasan dan kedinginan.
Namun tidak seorangpun dari mereka yang berbau busuk, malah sebaliknya, bau
mereka itu wangi. Selanjutnya Ghulam bercerita. Katanya, "Saya membunuh
seorang komunis, ternyata bau busuknya tercium langsung".
Pasukan musuh tidak melihat kaum mujahidin
Abdul Quddus bercerita kembali. Katanya, "Pesawat terbang musuh menjatuhkan
gas beracun ke tempat kami. Pada waktu itu kami bertiga berada di sana.
Saya, putra saya, dan Asadullah. Kami tertidur di sana sejak pukul satu hingga
pukul enam. Pada waktu itu kami sedang berpuasa. Kekuatan musuh sekitar 200 tank
dan 2000 prajurit. Mereka mencari kami kemana-mana dan lama sekali, padahal kami
ada di depan mereka. Rupanya kami tidak terlihat oleh mereka. Setelah kami
terbangun, kami melihat jejak kaki mereka ada di sekitar tempat kami tidur".
Lalu Allah tutup mata mereka sehingga tidak melihat
Al Hajj Abdul Quddus dari daerah Musawi di Kabul bercerita kepada saya.
Katanya, "Kaum komunis masuk desa dan bertanya tentang saya. Dalam razia
yang mereka lakukan, mereka melihat saya dan meminta kartu pengenal saya. Saya
memberikannya dan ia melihat nama saya tercantum jelas di dalamnya, namun
mereka tidak melihatnya. Mereka menyiksa orang kampung untuk mengetahui
informasi tentang diri saya. Orang kampung itu berkata kepada mereka, "Yang
berjalan di depan bapak tadi itu adalah Haji Abdul Quddus".
Selanjutnya Abdul Quddus kembali berkisah, "Saya pergi ke taman dan tidur di
situ. Mereka mengejar saya dan mencari kemana-mana, tetapi mereka tidak
mendatangi tempat saya tidur".
Banyak orang ikut shalat jenazah bersama kami
Muhammad Zhahir dan Abdul Zhahir bercerita kepada saya. Katanya, "Wilayah
kami mendapat hujan bom dari musuh, tetapi banyak di antara bom itu yang tidak
meledak. Lalu kami kumpulkan bom yang tidak meledak itu lalu kami letakkan
di jalanan yang biasa dilalui tank-tank musuh. Ternyata bom itu meledak dan
berhasil menghancurkan 4 tank dan 7 mobil musuh. Tak lama kemudian datang
pula 16 tank baru musuh, dan bom kembali meledak. Pada waktu itu bom juga
menewaskan 5 orang mujahidin. Ketika kami men-shalat-i mereka, kami melihat
ada tujuh shaf yang shalat bersama kami. Kami tidak tahu dari mana mereka
datang dan siapa mereka itu, tetapi pakaiannya sama dengan kami. Sesudah
jenazah di-shalat-i dan dikebumikan, mereka pun menghilang tiba-tiba".
Syahid pada hari perkawinannya
Faisal tewas sebagai syahid dua hari sebelum bulan Ramadhan 1403H.
Jenazahnya tiba bersama dengan selesainya pakaian pengantinnya. Muhammad Nabi dan Khan Jul yang membawa berita itu mengatakan bahwa bau wangi darahnya lebih kuat dari wangi pakaian pengantinnya.Hujan kuning gas beracun dilawan dengan hujan dan angin
Hujan kuning gas beracun mengotori udara dan memabukkan para mujahidin,
sampai akhirnya mereka tertidur (demikian keterangan Abdul Ghaffar dan Abdul
Quddus). Selanjutnya mereka berkata, "Pada waktu itu jumlah kaum mujahidin sebanyak 90 orang, sementara musuh berkekuatan 100 tank dan 10.000 prajurit. Hampir saja kami meraih kemenangan melawan mereka, namun tiba-tiba bala bantuan pesawat terbang datang dan menghujani kami dengan hujan kuning (gas beracun). Untunglah angin kencang disertai hujan lebat segera menghalau gas beracun itu. Dalam pertempuran itu pasukan kami gugur sebanyak 72 orang, sedang di pihak Rusia sebanyak 2000 orang.
Diperpanjangkan - Pensil kayu