MANHAJ PARA NABI DAN RASUL DALAM BERDA'WAH

Syaikh Rabi' bin Hadi Al Madkhali berkata dalam kitabnya Manhajul Anbiya' fi Dakwah ilallah hal 41-44:

"Allah berfirman :

"Dan sesungguhanya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat(untuk menyerukan): "Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut itu. Maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan adapula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatannya, maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaiman kesudahanya orang-orang yang mendustakan(Rasul-rasul)."(An Nahl: 36)

"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada sembahan yang haq melainkan Aku" (Al Anbiya:25)

"Hai para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhanya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan . Sesungguhanya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua , agama yang satui dan Aku adalah Rabbmu, maka bertakwalah kepada-KU" (Al Mukminun : 51-52)

Al Hafidz Ibnu Katsir berkata:

"Agama kalian wahai para Nabi adalah satu,yaitu berdakwah untuk beribadah hanya kepad Allah saja, tidak ada sekutu bagiNYa" (Ibnu Katsir 3/257)

Adapun dalam As-Sunnah yang semakna dengan ayat diatas adalah sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam :

"Aku adalah manusia yang paling layak dengan ISA bin Maryam di dunia dan akhirat. Dan para Nabi itu saudara 'allat(1), ibu mereka berbeda-beda tapi agama mereka satu" [HR Bukhari (3443), Muslim 4/1837, dan Ahmad 2/319, 406,483]

Ini adalah dakwah seluruh para Nabi, khususnya para Ulul'Azmi diantara mereka. Dakwah mereka semua berjalan diatas satu manhaj dan mereka semua memulainya dengan tauhid, karena adalah masalah terbesar umat manusia dari zaman ke zaman. Dakwah yang dilakukan para Nabi dan Rasul tersebut membuktikan bahwa tauhidlah satu- satunya jalan yang harus ditempuh dalam mendakwahi manusia ke jalan Allah. Dakwa ke jalan tauhid juga sunnatullah yang telah digariskan untuk para nabi-Nya dan pengikut-pengikut mereka yang sejati, tidak boleh ditukar dan tidak boleh menyimpang dari padanya."

Dalam tafsir Ibnu Katsir hal: 123-125 dinyatakan:

"Tidak dibolehkan secara syara maupun akal untuk menyimpang dari manhaj ini dan memilih manhaj yang lain, karena beberapa sebab:

1. Manhaj ini (dakwah kepada tauhid) adalah jalan yang paling lurus yang telah digariskan Allah untuk semua para nabi, dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Allahlah pelekat manhaj ini dan Allah yang menciptakan manusia. Dia adalah Dzat yang Maha Tahu akan kemaslahatan rohani dan jiwa mereka.

2. Para nabi dan rasul telah mempraktekkan manhaj ini dengan sungguh-sungguh dan ini menunjukkan bahwa manhaj ini bukan hasil ijtihad. Oleh karena itu, kita tidak akan menjumpai didalamnya: seorang nabi yang memulai dakwahnya dengan tashawuf, seorang nabi yang memulai dakwah dengan filsafat dan ilmu kalam; ataupun memulai dengan politik. Justru kita dapati mereka menempuh satu manhaj dan perhatikan mereka mempunyai hanya satu yaitu tauhidullah. Inilah yang mereka letakkan di peringkat pertama.

3. Apabila kembali kepada Al Quran , kita akan temui bahwa semua rasul, aqidahnya sama adalah tauhidullah dan dakwahnya dimulai dengan tauhid. Tauhid ini adalah masalah terpenting dan terbesar dari apa yang mereka bawa. Kita akan jumpai pula bahwa Allah memerintahkan kepada nabi kita r unbtuk mengikuti dan menempuh manhaj para rasul terdahuku. Apabila kita menelaah perjalanan dakwah nabi kita, niscaya kita jumpai bahwa dakwah beliau dari awal hingga akhir difokuskan pada masalah tauhid dan memberantas syirik dan sebab-sebab yang menjerumuskan padanya.1)

1) Dinukil dari Majalah Salafy Edisi III/Syawal/1416/1996, hal. 30-31

Salah satu contoh tahap dakwah yang dicontohkan oleh Nabi shalallahu 'alaihi wasallam ketika beliau mengutus Muadz bin Jabal radhiallahu anhu ke Yaman untuk berdakwah. beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum ahli kitab (Yahudi dan Nashara), maka apabila engkau mendatangi mereka. Serulah mereka agar bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam adalah utusan Allah. Kalau mereka mentaati engkau dengan seruanmu itu, maka beritahu mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Maka bila mereka mentaati kamu dengan seruanmu itu, beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka zakat yang diambil dari orang kaya mereka dan diserahkan kepada orang- orang fakir mereka. Apabila mereka mentaati kamu dalam perkara itu, maka hati-hatilah kami dari harta-harta yang berharga milik mereka dan takutlah terhadap doanya orang yang teraniaya, karena tidak ada hijab (dinding batas) antara dia dengan Allah (yakni doanya makbul,pent.) (HR. Bukhari dalam Shahihnya serta di Fathul Bari, 8/64, hadits no.4347, serta Muslim dalam Shahihnya Syarah Nawawi, 1/195-196, kitab Al-Iman, bab Ad-Du'a ilaa Syahadatain wa Syara'i'il Islam dari Ibnu Abbas dari Muadz bin Jabal radhiallahu 'anhuma).

Dalam menerangkan makna hadits ini Imam Nawani rahimahullah menyatakan:

"Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menertibkan demikian dalam berdakwah kepada Islam. Beliau mulai dari perkara yang terpenting kemudian yang penting. Engkau lihat hadits in bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mendahulukan kewajiban shalat sebelum zakat. Dan tidak seorang pun (dari ulama -pent) yang mengatakan bahwa seorang itu diwajibkan shalat dan tidak diwajibkan zakat. Wallahu 'alam." Demikian Imam Nawawi rahimahullah menerangkan dalam syarahnya terhadap Shahih Muslim, jilid 1, hal. 198.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin hafizhahullah menerangkan hadits ini dalam kitab beliau Al Qaulul Mufid 'ala Kitabit Tauhid jilid 1 hal.129. antara lain beliau mengatakan: "Nabi shalallahu 'alaihi wasallam memberitahukan situasi jaman kepada dai beliau sebelum diutus karena dua perkara:

1. Dai haruslah mengerti keadaan yang didakwahi.

2. Dai haruslah dalam keadaan siap dengan ilmu karena mereka para mad'u (yang didakwahi) adalah ahlul kitab dan mereka ini dalam keadaan mempunyai ilmu." 2)

2) Dinukil dari Majalah Salafy Edisi XII/Rajab/1417/1996, hal. 58

Semua itu adalah gambaran sekilas tentang manhaj para nabi dan rasul dalam berdakwah ke jalan Allah yang wajib bagi semua dai untuk ittiba' dan menempuh apa yang mereka tempuh. Untuk lebih lanjut dapat dilihat Manhajul Anbiya' fid Dakwah ilallah karya Syaih Rabi bin Hadi Al Madkhali.

..................................................................
Sulaiman Rasyid
---------------

"Semua kebaikan berada pada mengikuti orang-orang yang telah lalu (Shahabat), dan semua kejelekan berada pada mengikuti kebid'ahan orang-orang kemudian."




Tranung Kite Cyberlink