"Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan
RasulNya, bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui." (Al-Hujurat: 1).
Ketahuilah bahwa semua maksiat dalam bentuk apapun adalah merupakan
racun bagi hati, penyebab sakitnya hati bahkan juga penyebab matinya
hati. Berkata Abdullah Ibnu Mubarak: "Meninggalkan dosa dan maksiat
dapat menjadikan hidupnya hati, dan sebaik-baik jiwa adalah yang
mampu meniadakan perbuatan dosa dalam dirinya. Maka barangsiapa yang
menginginkan hatinya menjadi hati yang selamat hendaklah membersihkan
diri dari racun-racun hati, kemudian dengan menjaganya tatkala ada
racun hati yang berusaha menghampirinya, dan apabila terkena sedikit
dari racun hati bersegeralah untuk menghilangkannya dengan taubat dan
istighfar."
Racun-racun hati itu banyak macamnya, di antaranya adalah berlebih-
lebihan (banyak) bicara atau fudhulul kalam. Dikatakan bahwa belumlah
bisa istiqamah iman seseorang sebelum istiqamah lisannya. Maka lurus
dan istiqamahnya hati dalam memegang keimanan itu dimulai dari lisan
yang istiqamah. Oleh karena itulah Islam mengajarkan kepada umatnya
agar tidak banyak bicara tanpa disertai dzikir kepada Allah, karena
akan mengakibatkan kerasnya hati.
Dalam salah satu hadits shahih Rasulullah ` pernah bicara kepada
sahabat Mu'adz: "Apakah engkau mau aku tunjukkan yang menjadi
landasan itu semua (ibadah-ibadah)?", "Baik, ya Rasulullah", jawab
Mu'adz. Kemudian Rasulullah ` bersabda: "Cegahlah ini" (sambil
mengisyaratkan dengan jarinya pada mulutnya), lalu mu'adz
berkata: "Ya Rasulullah, apakah kita akan dimintai tanggung jawab
dari apa yang kita ucapkan?" Kemudian Rasulullah `
bersabda: "Semobrono kamu wahai Mu'adz, tidaklah seseorang akan
ditelungkupkan wajahnya dan punggungnya ke dalam Neraka melainkan
karena hasil dari lisannya." (Diriwayatkan oleh Imam At-
Tirmidzi). "Ada dua lubang yang paling banyak memasukkan manusia ke
dalam Neraka, yaitu mulut dan kemaluan." (HR Ahmad, At-Tirmidzi dan
di-shahih-kannya).
Kemudian dalam riwayat lain Rasulullah ` bersabda: "Sesungguhnya ada
seorang laki-laki mengucapkan sepatah kata yang dianggap tidak apa-
apa tetapi ternyata bisa menjerumuskannya ke dalam Neraka sampai
tujuh puluh tahun." (HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah).
Dan tatkala Uqban bin Amir bertanya kepada Rasulullah: "Ya
Rasulullah, apakah sesuatu yang dapat menyelematkan kita?" Lalu
dijawab oleh Nabi `: "Tahanlah olehmu lisanmu."
Lalu dalam kesempatan lain Rasulullah ` bersabda: "Barangsiapa yang
dapat memberi jaminan kepadaku dari apa yang ada di antara jenggot
dan kumisnya (lisan) dan kedua pahanya (kemaluan), maka aku jamin
untuknya Surga." (HR. Al-Bukhari).
Maksud dalam hadits ini, barangsiapa yang bisa memelihara apa yang
ada di antara kedua bibirnya, yaitu mulut dari semua perkataan yang
tidak bermanfaat dan bisa menjaga apa yang ada di antara kedua
pahanya yaitu farji agar tidak diletakkan di tempat yang tidak
dihalalkan Allah, maka jaminannya adalah Surga. Kemudian dalam hadits
yang lain Rasulullah ` juga bersabda: "Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan beriman kepada hari akhirat, hendaklah berbicara
yang baik atau agar ia diam." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan dalam sutau riwayat dari Abu Hurairah Rasulullah `
bersabda: "Sebagian dari tanda bagusnya Islam seseorang apabila ia
bisa meninggalkan ucapan yang tidak berguna baginya." Berkata
Sahl: "Barangsiapa yang masih suka bicara yang tidak berguna maka ia
tidak layak dikatakan shiddiq". Apalagi bila ucapan seseorang sampai
menyakiti orang lain maka belum bisa dijadikan jaminan iman yang
dimilikinya, sebagaimana sabda Rasulullah `: "Demi Allah, tidaklah
beriman, demi Allah tidaklah beriman", kemudian ditanyakan; siapakah
gerangan yang engkau maksudkan wahai Rasulullah? Jawabnya, "orang
yang menjadikan tetangganya merasa tidak aman lantaran kejahatannya."
Dengan demikian maka hendaklah seorang mukmin mencukupkan diri dari
ucapan yang tidak berguna seperti; berdusta, suka mengadu domba,
ucapan yang keji, ghibah, namimah, suka mencela, bernyanyi, menyakiti
orang lain dan lain sebagainya. Itu semua merupakan racun-racun hati
sehingga apabila seseorang banyak melakukan seperti ini maka hati
akan teracuni dan bila hati sudah teracuni maka lambat laun, cepat
atau lambat akan mengakibatkan sakitnya hati, semakin banyak racunnya
akan semakin parah penyakit dalam hatinya, dan kalau tidak tertolong
akan mengakibatkan mati hatinya.
Macam-macam hati
Hati merupakan bagian terpenting dalam tubuh manusia. Hati ini tidak
akan terlepas dari tanggung jawab yang dilakukannya kelak di akhirat,
sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan jawabnya." (Al-Isra:
36).
Dalam tubuh manusia kedudukan hati dengan anggota yang lainnya adalah
ibarat seorang raja dengan seluruh bala tentara dan rakyatnya, yang
semuanya tunduk di bawah kekuasaan dan perintahnya, dan bekerja
sesuai dengan apa yang dikehendakinya. "Ketahuilah bahwa dalam jasad
ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka akan
menjadi baik semuanya, dan apabila segumpal daging itu jelek, maka
akan jeleklah semuanya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah
hati." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
1. Hati yang sehat
Yaitu hati yang terbebas dari berbagai penyakit hati. Firman
Allah: "(Yaitu) di hari yang harta dan anak-anak tidak akan
bermanfaat kecuali siapa yang datang mengharap Allah dengan membawa
hati yang selamat." (Asy-Syura: 88-89). Ayat ini sangatlah
mengesankan, di sela-sela harta benda yang diburu dan dikejar-kejar
orang, dan anak-anak laki-laki yang sukses dengan materinya dan
sangat dibanggakan, ternyata itu semua tidak akan memberi manfaat
kecuali siapa yang datang menghadap Allah dengan hati yang selamat.
Yaitu selamat dari semua nafsu syahwat yang bertentangan dengan
perintah Allah dan laranganNya, dan dari semua syubhat yang
memalingkan dari kebenaran, selamat dari peribadatan dan penghambaan
diri kepada selain Allah, selamat dari berhukum dengan hukum yang
tidak diajarkan oleh Allah dan RasulNya, dan mengikhlaskan seluruh
peribadatannya hanya karena Allah, iradahnya, kecintaannya,
tawakkalnya, taubatnya, ibadah dalam bentuk sembelihannya, takutnya,
raja'nya, diikhlaskannya semua amal hanya kepada Allah. Apabila ia
mencintai maka cintanya karena Allah, apabila ia membenci maka
bencinya karena Allah, apabila ia memberi maka memberinya karena
Allah, apabila menolak maka menolaknya karena Allah. Dan tidak hanya
cukup dengan ini, sampai ia berlepas diri dari semua bentuk
keterikatan dan berhukum yang menyelisihi contoh dari Rasulullah.
Maka hatinya sangat tertarik dengan ikatan yang kuat atas dasar
mengikuti jejak langkah Rasulullah semata, dan tidak mendahulukan
yang lainnya baik ucapan maupun perbuatannya. Firman Allah: "Hai
orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan
RasulNya, bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui." (Al-Hujurat: 1).
2. Hati yang mati
Yaitu kebalikan dari hati yang sehat, hati yang tidak mengenal dengan
Rabbnya, tidak melakukan ibadah sesuai dengan apa yang
diperintahkanNya, dicitaiNya dan diridhaiNya. Bahkan selalu
memperturutkan nafsu dan syahwatnya serta kenikmatan dan hingar
bingarnya dunia, walaupun ia tahu bahwa itu amatlah dimurkai oleh
Allah dan dibenciNya. Ia tidak pernah peduli tatkala memuaskan diri
dengan nafsu syahwatnya itu diridhaiNya atau dimurkaiNya, dan ia
menghambakan diri dalam segala bentuk kepada selain Allah. Apabila ia
mencintai maka cintanya karena nafsunya, apabila ia membenci maka
bencinya karena nafsunya, apabila ia memberi maka itu karena
nafsunya, apabila ia menolak maka tolakannya atas dasar nafsunya,
maka nafsunya sangat berperan dalam dirinya, dan lebih ia cintai
daripada ridha Allah I.
Orang yang demikian menjadikan hawa nafsu sebagai imamnya, syahwat
sebagai komandannya, kebodohan menjadi sopirnya, dan kelalaian
sebagai tunggangan dan kendaraannya. Pikirannya hanya untuk
mendapatkan dunia yang menipu ini dan dibuat mabuk oleh nafsu untuk
mendapatkannya, ia tidak pernah meminta kepada Allah kecuali dari
tempat yang jauh. Tidak membutuhkan nasihat-nasihat dan selalu
mengikuti langkah-langkah syetan yang selalu merayu dan menggodanya.
Maka bergaul dengan orang seperti ini akan mencelakakan kita,
berkawan dengannya akan meracuni kita, dan duduk dengannya akan
membinasakan kita.
3. Hati Yang Sakit
Yaitu hati yang hidup tapi ada penyakitnya, hati orang yang taat
terhadap perintah-perintah Allah tetapi kadangkala juga berbuat
maksiat, dan kadang-kadang salah satu di antara keduanya saling
berusaha untuk mengalahkannya. Hati jenis ini, mencintai Allah, iman
kepadaNya beribadah kepadaNya dengan ikhlas dan tawakkal kepadaNya,
itu semua selalu dilakukannya tetapi ia juga mencintai nafsu syahwat
dan kadang-kadang sangat berperan dalam hatinya serta berusaha untuk
mendapatkannya. Hasad, sombong (dalam beribadah kepada Allah), ujub,
dan terombang-ambing antara dua keinginan yaitu keinginan terhadap
kenikmatan kehidupan akhirat serta keinginan untuk mendapatkan
gemerlapnya dunia.
Maka hati yang pertama hidup, tumbuh, khusyu' dan yang kedua layu
kemudian mati. Adapun yang ketiga dalam keadaan tidak menentu, apakah
akan hidup ataukan akan mati. Kemudian banyak sekali orang yang
hatinya sakit dan sakitnya bahkan semakin parah, tetapi tidak merasa
kalau hatinya sakit, bahkan sekalipun telah mati hatinya tetapi tidak
tahu kalau hatinya telah mati. Na'udzu billah min dzalik. (Agus
Efendi).
Maraji': Tazkiyatun Nafs, Ibnul Qayyim, bit tasharruf waz ziyadah.