Pada suatu pagi Desy mengejutkan teman-temannya dengan setangkai bunga
merah yang ia letakkan di atas dadanya, serta merta mereka menyambutnya
dengan senyuman sambil bertanya, ?Dalam rangka apa ini??
Desy menjawab, ?Tidakkah kalian tahu bahwa ini adalah hari kasih-sayang
di mana orang-orang sedang merayakan dan saling memberikan ucapan
selamat. Ini adalah perayaan untuk mengungkapkan rasa cinta, romantika
dan segala ketulusan, ini adalah Hari Valentine?..?. Tetapi Sari, salah
seorang temannya bertanya kepada Desy dengan penuh keheranan, ?Apakah
arti Valentine?? Desy menjawab, ?Artinya adalah cinta dalam bahasa latin
??!? Sari tertawa mendengar jawaban tersebut, ?Apakah kamu merayakan
sesuatu yang tidak kamu mengerti artinya? Tahukah kamu bahwa Valentine
adalah seorang pendeta Nashrani yang hidup pada abad ke 3 M?? Kata Sari
bernada prihatin terhadap keadaan sebagian putri muslimah yang mudah
mengikuti apa saja yang sampai kepada mereka tanpa berpikir panjang.
SEJARAH HARI VALENTINE
Sari melanjutkan: Ensiklopedia Katolik menyebutkan tiga versi tentang
Valentine, tetapi versi terkenal adalah kisah Pendeta St.Valentine yang
hidup di akhir abad ke 3 M di zaman Raja Romawi Claudius II. Pada
tanggal 14 Februari 270 M Claudius II menghukum mati St.Valentine yang
telah menentang beberapa perintahnya.?
Claudius II melihat St.Valentine mengajak manusia kepada agama nashrani
lalu dia memerintahkan untuk menangkapnya. Dalam versi kedua, Claudius
II memandang para bujangan lebih tabah dalam berperang daripada mereka
yang telah menikah yang sejak semula menolak untuk pergi berperang. Maka
dia mengeluarkan perintah yang melarang pernikahan. Tetapi St.Valentine
menentang perintah ini dan terus mengadakan pernikahan di gereja dengan
sembunyi-sembunyi sampai akhirnya diketahui lalu dipenjarakan. Dalam
penjara dia berkenalan dengan putri seorang penjaga penjara yang
terserang penyakit. Ia mengobatinya hingga sembuh dan jatuh cinta
kepadanya. Sebelum dihukum mati, dia mengirim sebuah kartu yang
bertuliskan ?Dari yang tulus cintanya, Valentine.? Hal itu terjadi
setelah anak tersebut memeluk agama nashrani bersama 46 kerabatnya.?
Lanjut Sari: ?Versi ketiga menyebutkan ketika agama nashrani tersebar di
Eropa, di salah satu desa terdapat sebuah tradisi Romawi yang menarik
perhatian para pendeta. Dalam tradisi itu para pemuda desa selalu
berkumpul setiap pertengahan bulan Februari. Mereka menulis nama-nama
gadis desa dan meletakkannya di dalam sebuah kotak, lalu setiap pemuda
mengambil salah satu nama dari kotak tersebut, dan gadis yang namanya
keluar akan menjadi kekasihnya sepanjang tahun. Ia juga mengirimkan
sebuah kartu yang bertuliskan ?dengan nama tuhan Ibu, saya kirimkan
kepadamu kartu ini.?
Sambung Sari: ?Akibat sulitnya menghilangkan tradisi Romawi ini, para
pendeta memutuskan mengganti kalimat ?dengan nama tuhan Ibu? dengan
kalimat ?dengan nama Pendeta Valentine? sehingga dapat mengikat para
pemuda tersebut dengan agama Nashrani.?
Versi lain mengatakan St.Valentine ditanya tentang Atharid, tuhan
perdagangan, kefasihan, makar dan pencurian, dan Jupiter, tuhan orang
Romawi yang terbesar. Maka dia menjawab tuhan-tuhan tersebut buatan
manusia dan bahwasanya tuhan yang sesungguhnya adalah Isa Al Masih,?
papar Sari, ?Maha Tinggi Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang
yang dzalim tersebut.?
Bahkan saat ini beredar kartu-kartu perayaan keagamaan ini dengan
gambar anak kecil dengan dua sayap terbang mengitari gambar hati sambil
mengarahkan anak panah ke arah hati yang sebenarnya merupakan lambang
tuhan cinta bagi orang-orang Romawi!!!? Demikian Sari mengakhiri
nasihatnya.
HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE
Saat ini banyak ABG muslimah yang terkena penyakit ikut-ikutan dan
mengekor pada budaya Barat atau nashrani akibat pengaruh TV dan media
massa lainnya. Termasuk pula dalam hal ini perayaan Hari Valentine, yang
pada dasarnya adalah mengenang kembali pendeta St.Valentine.
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi
hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti
berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila
mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi?ar dan kebiasaan. Padahal
Rasul n telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain
Islam: ?Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum
tersebut.? (HR. At-Tirmidzi).
Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka
tidak disangsikan lagi bahwa ia telah kafir, adapun bila ia tidak
bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar.
Ibnul Qayyim berkata, ?Memberi selamat atas acara ritual orang kafir
yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut
haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan
mengucapkan, ?Selamat hari raya!? dan semisalnya. Bagi yang
mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu
merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas
perbuatan mereka yang menyembah salib. Bahkan perbuatan tersebut lebih
besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat
atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang
mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya
perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain
atas perbuatan maksiat, bid?ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan
diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.?
Abu Waqid radhiyallah 'anhu meriwayatkan: Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah
pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath,
biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut.
Para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, ?Wahai
Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka
mempunyai Dzaatu Anwaath.? Maka Rasulullah n bersabda, ?Maha Suci Allah,
ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ?Buatkan untuk kami tuhan
sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.? Demi Dzat yang jiwaku di
tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada
sebelum kalian.? (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).
Adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat
untuk melaksanakan wala? dan bara? ( loyalitas kepada muslimin dan
berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang
dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu?min dan
membenci orang-orang kafir, memusuhi dan menyelisihi mereka. Serta
mengetahui bahwa sikap seperti ini di dalamnya terdapat kemaslahatan
yang tidak terhingga, sebaliknya gaya hidup yang menyerupai orang kafir
justru mengandung kerusakan yang lebih banyak.
Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan
membuat mereka senang, lagi pula, menyerupai kaum kafir dapat melahirkan
kecintaan dan keterikatan hati. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
berfirman, yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka
adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu
mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.? (Al-Maidah:51)
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya.? (Al-Mujadilah: 22)
Dan janganlah belas kasihan kepada kedua pezina tersebut mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan
hari akherat.? (An-Nur: 2)
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah; ikut mempopulerkan
ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah As-Sunnah. Tidak ada suatu
bid?ah pun yang dihidupkan kecuali saat itu ada suatu sunnah yang
ditinggalkan. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka
berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama
mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka?at shalatnya membaca,
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.? (Al-Fatihah:6-7)
Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan
orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang
sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu
dengan sukarela.
Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka,
hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta
dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya. Ini adalah
suatu kelalaian, padahal sekali lagi perayaan ini adalah dari ritual
agama lain!
Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik,
namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta kristiani dan tradisi-tradisi
Barat, akan mengakibatkan terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi
lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang
batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga kita
lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.
Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu
semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di
antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan
yang agung, kita bisa mempersembahkan itu kepadanya dari waktu ke waktu,
demikian pula untuk ayah, saudara, suami ?dst, tapi hal itu tidak kita
lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan
kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam
Surga yang hamparannya seluas Langit dan bumi yang disediakan bagi
orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam
golongan orang-orang yang disebutkan:
Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang
saling mengunjungi karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku.?
(Al-Hadits).
FATWA ULAMA:
Pertanyaan:
Pada akhir-akhir ini ini telah tersebar dan membudaya perayaan hari
Valentine -terutama di kalangan pelajar putri, padahal ia merupakan
salah satu dari sekian macam hari raya kaum Nasrani. Biasanya pakaian
yang dikenakan berwarna merah lengkap dengan sepatu, dan mereka saling
tukar mawar merah. Bagaimana hukum merayakan hari Valentine ini, dan apa
pula saran dan anjuran anda kepada kaum muslimin. Semoga Allah selalu
memelihara dan melindungi anda.
Jawab:
Assalamu ?alaikum wr. wb.Merayakan hari valentine itu tidak boleh,
karena:
Pertama : ia merupakan hari raya bid?ah yang tidak ada dasar hukumnya di
dalam syari?at Islam.
Kedua : ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara
rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf
shalih (pendahulu kita) - semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal
melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum,
berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim
merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai
pegangan dan ikut-ikutan.
Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup),
yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua
dengan bimbingan-Nya.
* Dipersilahkan dan Dianjurkan untuk memperbanyak dan menyebarkan
Informasi Buletin ini kepada seluruh Umat Islam.
................................................................................
Diterbitkan Oleh :
Dept. Riset & Informasi
Yayasan Al-Sofwa
Jl. Raya Lenteng Agung Barat,
No.35 Jagakarsa, Jakarta - Selatan (12610)
Telpon: (021)-788363-27 , Fax:(021)-788363-26
E-mail : info@alsofwah.or.id
Jumlah Pelawat :
Mulai 25 Januari 2001