Hamka mengatakan dalam taqwa terkandung cinta, kasih,
harap, cemas, tawakal, ridha, sabar dsb. Rasulullah
pernah bertanya kepada Abu Hurairah :" Pernahkah
engkau bertemu jalan yang berduri ? Bagaimana
tindakanmu pada waktu itu ?" Sahabat tersebut menjawab
"Apabila aku melihat duri, aku menghindar ke tempat
yang tidak berduri atau aku langkahi, atau aku
mundur". Rasulullah pun bersabda :"Itulah taqwa".
Untuk lebih jelas pengertian taqwa terutama
aplikasinya dalam kehidupan, sebuah hadits dalam
shahih Muslim meriwayatkan sebagai berikut : Sahabat
Jabir r. a telah berkata :
"Pada suatu hari kami berada di sisi Rasulullah.
Tiba-tiba datang sekelompok orang yang tidak
berpakaian layak dan kelihatan kotor, serta menenteng
senjata. Kebanyakan mereka dari Bani Mudhar, bahkan
dapat dikatakan hampir seluruhnya dari Bani Mudhar.
Wajah Rasulullah kelihatan sangat prihatin menyaksikan
penderitaan dan kefakiran yang menimpa orang-orang
tersebut. Lalu Rasulullah saw keluar! ! ! dan
memerintahkan kepada Bilal untuk mengumandangkan
adzan. Sesaat kemudian shalatpun didirikan. Setelah
selesai, Rasulullah menyampaikan khutbah: "Wahai umat
manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya
Allah menciptakan istrinya. Dan daripada keduanya
Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak. "Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
mempergunakan namaNya kamu saling meminta satu sama
lain, dan peliharalah hubungan silaturahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."
(QS An Nisaa' : 1).
"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang
telah diperbuatnya untuk hari depan." (QS Al Hasyr :
17)
Mendengar khutbah Rasulullah, banyak diantara para
sahabat yang kemudian memberikan sedekah. Ada yang
memberikan uang dirham dan dinarnya, ada yang
bersedekah baju, gandum, kurma, bahkan ada yang
memberikan separuh buah kurma! ! ! dan ada seorang
Anshar yang membawa sekarung bahan makanan sampai dia
tak kuat mengangkatnya. Dan akhirnya banyak orang yang
berdatangan memberikan sedekah untuk membantu
penderitaan kawannya dari Bani Mudhar, sehingga
Rasulullah merasa kewalahan. Lalu Rasulullah bersabda
"Barangsiapa membuat sunnah hasanah (perilaku yang
baik) di dalam Islam, maka dia akan mendapatkan
pahalanya dan pahala orang-orang yang mengikuti
jejaknya tanpa harus mengurangi pahala mereka
sedikitpun. Dan barangsiapa membuat sunnah sayiah
(perilaku buruk) di dalam Islam, maka dia akan
menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengikuti
jejaknya tanpa harus mengurangi dosa mereka
sedikitpun."
Rasulullah pernah ditanya: "Wahai Rasulullah, siapakah
orang yang cerdas ?" "Orang yang berfikir (menggunakan
akalnya)" Jawab Nabi "Lalu siapakah yang baik
ibadahnya?" tanya mereka. "Orang yang
berfikir(menggunakan akalnya)" Jawab Nabi. "Lalu
siapakah yang paling utama ?" tanya mereka
selanjutnya. "Orang! ! ! yang selalu berfikir
(menggunakan akalnya)" Jawab Nabi kembali. Mereka
berkata : "Wahai Rasulullah, bukankah orang yang
berfikir itu sempurna akhlaknya, baik tutur katanya,
pemurah tangannya dan tinggi kedudukannya?" Nabi saw
menjawab :"Semua itu faktor penyebab kepuasan di
dunia, sedangkan di akhirat yang di sisi Tuhan itu
hanya bagi orang yang bertaqwa, orang berfikir
(menggunakan akalnya) itulah orang yang bertaqwa,
sekalipun kelihatannya rendah hidupnya di dunia."
Semoga dengan memahami makna kata taqwa dan penjelasan
serta aplikasinya yang diuraikan pada dua hadits
diatas, insya Allah kita akan mampu dan berusaha untuk
mencapai derajat muttaqiin.
Badan Dakwah Islamiyah Devon Nana Djumhana
........................................
7 Februari 2002